Senin, 06 September 2010

Curahan Hati

Dulu kau pernah hadirkan ku kehidupan yang indah
Kini kau pergi meninggalkan ku dengan serpihan-serpihan atas keegoisan mu…

Kau biarkan aku terpuruk disini dengan ketidakberdayaan ku
Kau yang mengajari aku untuk menghargai hidup ini dan membuatnya menjadi indah namun sekejap kau mengajari aku kekejaman hidup yang tiada tara
Dulu kau mengajari aku arti kehidupan kini kau mengajari aku arti kenistaan
Kau bilang aku adalah orang yang berarti untuk mu
Tapi kau memperlakukan aku seakan akan aku ini adalah musuh besarmu

Kau tega memperlakukan aku semena mena
Dulu kau yang mengajari aku arti kasih sayang tetapi kini kau mengajari aku arti kemunafikan
Aku benci, aku benci bila ini menjadi sebuah kenangan
Kau biarkan aku terpenjara oleh pertanyaan” atas kerinduanku yang dulu kau bersikap ramah terhadapku
Mungkin aku salah menilaimu, aku terlalu berharap menjadi orang yang berarti untukmu

Tetapi “ AKU BUKAN LAH BONEKA YANG BISA KAU JADIKAN MAINAN SESUKAMU DAN JIKA KAU BOSAN KAU MELEMPARKAN KU BEGITU SAJA”

Disaat ku butuh kau, kau seakan berpaling dari reruntuhan rasa
Aku punya perasaan dan aku hanya ingin dihargai tetapi kau tak pernah memperdulikanku seakan akan aku adalah angin lalu untukmu...-___-

Satu Persahabatan Dalam Hidupku


Entah untuk yang kesekian kalinya Keysha menghembuskan napas panjang seraya menopang dagu pada kedua tangan. Tak tahu apa yang membuatnya segelisah ini, namun Keysha merasa, ada sesuatu yang mengganjal dada, sesak dan kini kian menghimpit jiwa.

Namun seketika ia pun sadar dan tahu sekali apa yang membuatnya begitu, mengingat wajah-wajah yang hampir tak pernah menghampiri kehidupannya lagi, kini hadir dalam lamunannya, memaksa otaknya memutar kembali untuk mengingat segala kenangan lalu yang sekarang bagaikan film dokumenter yang membuatnya selalu tersenyum. Aku rindu mereka, sahabatku… batin Keysha sesak seakan-akan rasa rindu ini semakin menjadi-jadi.

Firly, Dara, dan Aini. Semua kenangan yang membuat hidupnya lebih berarti. Segala canda tawa yang dulu akrab melengkapi dirinya kini hanya sebuah kenangan belaka. Keysha rindu semua itu. Andai ia bisa mengulang waktu, ia akan mengembalikan saat-saat ia SMP dulu, dan membiarkan waktu terhenti pada saat itu untuk selamanya. Tapi ia tahu itu semua hanya khayalan semata.

Sekarang semua sahabatnya tenggelam dalam kesibukannya masing-masing, dunia masing-masing. Bangkit dari meja belajarnya, Keysha menyeret langkah dengan malas menuju komputer kesayangannya, tempat ia biasa mencurahkan segala yang ia rasakan dalam bentuk tulisan di atas layar. Kini ia berhadapan dengan komputernya. Entah kenapa beban yang kian menghimpit seakan-akan sirna perlahan seiring jarinya yang menari lincah diatas keyboard. Kenapa aku tak menulis kisahku saja? Tanya Keysha dalam hati. Sebuah kisah yang kupersembahkan hanya untuk mereka, mutiara terindah yang pernah mengisi hidupku. Satu Persahabatan Dalam Hidup.

* * *

Saat itu putih biru melekat manis di tubuh Keysha. Sehelai jilbab putih membalut kepala bulatnya, berhubung saat itu Keysha ingin sekali memakainya. Sesosok remaja yang selalu ingin tahu dengan keadaan sekitar dan ceria serta ramah pada siapa saja selalu mengiringi profilnya. Keysha sangat terkenal tidak pernah mencari musuh. Namun terkadang sikap tegas yang ia punya membuat sebagian segan padanya. Tapi Keysha tak pernah bermaksud membuat orang mengira ia seperti itu. Ia hanya berbuat sesuatu yang menurutnya itu benar dan memperjuangkannya sampai batas akhir.

***

Satu pagi yang cerah. Burung berkicau merdu dan jangkrik bersenandung riang. Awan putih yang bergerombol pun tak tampak menghalangi keperkasaan matahari yang bersinar cerah. Suasana yang lama Keysha rindukan. Entah kenapa hari-harinya akhir-akhir ini selalu muram dan tak bersemangat. Mungkin karena dua murid yang keberadaannya sangat mengusik hati saat itu.
Firly dan Dara. Entah mengapa, mereka sangat menyebalkan. Keysha tak tahu mengapa ia berpikiran seperti itu, padahal sedikitnya ia berusaha untuk selalu berpikiran positif pada siapa saja. Mungkin karena mereka selalu berjalan dengan muka menengadah yang memberikan kesan pongah, diikuti dengan sikap jelek yang selalu bergosip ria saat pelajaran semakin menguatkan rasa ketidaksukaan Keysha terhadap mereka. Ditambah lagi, mereka satu kelas. HAH! Kalau sudah begitu, Keysha hanya mengusap dada tatkala terkadang mereka membuat ulah.

“Ai, mereka nyebelin banget, ya!” ujar Keysha sembari menghela napas ketika suatu hari Firly dan Da\ra berbincang dengan suara keras dan tawa yang melengking, membuyarkan konsentrasi murid sekelas yang sedang mengerjakan tugas matematika. Tampak Keysha sudah menyimpan gondok yang menumpuk selama ini. Keysha Sudah tak tahan lagi melihat tingkah laku mereka yang semena-mena.

“Tau ish. Nyebelin banget! Gue gak tahan deh, Key sekelas sama mereka itu. Gue pengen pindah kelas aj!” Aini yang paling sabar se-dunia pun, tampak tak bisa menahan gejolak emosi yang meletup-letup. ”Sebenernya sih Keysha tak pernah mau terlalu pusingin mereka banget. Pada awalnya sih gitu. Tapi entah kenapa cara bicara mereka kok lama kelamaan makin nggak enak didenger gitu, ya?” gumam Keysha, sementara dagunya bertumpu pada kedua tangan.

Semangat berkobar untuk mengerjakan latihan matematika menguap begitu saja lantaran konsentrasinya buyar karena perbincangan Firly dan Dara yang mengacaukan konsentrasi Keysha saat mengerjakan latihan matematika.

Tampang Keysha yang mulai menggerutu karena sikap mereka yang lama makin menjadi. Tampak pula hati Keysha kian membusuk kala memikirkan si jelek itu! Gumam Keysha. Ntar gue tambah dosa, lagi. Huff..Nyebut… Key…Nyebut....Astagfirullah....gue harus bisa nahan emosi.

***

Tak lama kemudian Gadis muda berpenampilan intelek memasuki ruangan dengan anggun seiring dengan ketukan sepatu haknya yang berirama. Rasa kaget dan bingung menyelimuti kami –lantaran bukan pak Nur yang biasa mengajarkan kami matematika namun guru baru yang kami tak kenal itu siapa.

”Assalamualaikum anak-anak.....” ucap Guru itu yang kemudian masuk keruangan kelas ku. ”Waalaikum salam...” ucap kami dengan kompak. ”saya pengganti Pak Nur beliau sedang sakit sehingga saya yang menggantikan nya untuk sementara ini, jadi jika kalian butuh bantuan, insyaallah saya bisa membantu sebisa saya, nama saya Intan Faharani panggil saja saya Bu Intan, Salam kenal” ujar Ibu guru.

Kira Keysha setelah ia memasuki kelas ia ingin berkenalan lebih lanjut tentang latar belakang nya kek atau apalah tentang kehidupannya mungkin, namun ternyata tidak! tak disangka ia langsung memberikan seabrek-abrek rumus yang membuat kami merasa jenuh.

Dari cara mengajar, Keysha mengakui dia memang lebih dimengerti pelajarannya dibanding Pak Nur tetapi tak tahu kenapa disaat Keysha mencoba memahami pelajaran itu, usaha itu selalu tidak berhasil karena pengaruhnya lebih ampuh daripada lagu Nina Bobo yang membuat mata ini terasa lelah. ”GILA, ngebosenin banget ni guru” bisik Aini. ”Lumayanlah..hoaamm”ujar ku sambil menutup mulut. Keysha berusaha untuk terjaga agar tidak tertidur karena ia mencoba mengharagai Bu Intan yang sedang berusaha untuk menghidupkan suasana kelas.

”Hoaaaamm, ngantuk” kata Dara tiba-tiba dengan nada tinggi agak dibuat-buat dan dirancang dengan sedemikian rupa agar orang mendengar. “Mendingan gue tidur, dah!” ujar Dara, terdengar jelas oleh anak-anak yang lain juga Bu Intan namun Bu Intan tetap bersabar dan tetap melanjutkan pelajaran. ”Enakan Pak Nur Kemana mana yah” sindir Firly. Tu orang maunya apa, sih? Hardik Keysha dalam hati. Keysha tahu persis sekarang Bu Intan sedang tak konsen lagi dengan pelajaran yang ia lontarkan. Sekarang kalimatnya diselingi dengan kata “Ng…” atau “Eh…” yang tak perlu. Suara mereka berdua semakin menjadi dan membuat telinga terbakar. Malah pada akhirnya mereka terang-terangan main Uno dengan selingan tawa yang meledek Bu intan.

Berusaha untuk menahan luapan amarah, namun akhirnya Keysha tak bisa menguasai emosi yang meletup-letup, seraya ingin meraung. ”EH Lo berdua nyadar dong! ngerhargain guru dikit napa! Kalian malah asik-asikan main Uno, Emang sekolah ini punya lo APA?!! Jangan semena-mena deh!!! Buat lo ya Fir jangan mentang-mentang deh orang tua lo penyumbang dana terbesar disekolah ini. ”Lah kenapa elo yang sewot!!” sinis Dara. ”Gak usah bawa-bawa orang tua gue deh!!!gak ada hubungan nya!lagi pula kalau emang itu guru gak bisa ngajar gak usah sok-sok an ngajar deh!!” Lanjut Firly. ”Eeh jaga ya omongan lo! Lo tuh musti dihajar yah!!Omongan lo itu keterlaluan! Ucap Keysha sambil mengepal tangan seraya ingin memukul.

”UDAH CUKUP KALIAN BERDUA” ujar Bu Intan Sambil meneteskan air mata lalu meninggalkan kelas. ”haduh, mampus gue” gumam Keysha. Coba aja tadi gue bisa nahan emosi gak gini deh jadinya, ya ampuuun. Keysha langsung mengacungkan jari telunjuk didepan muka Firly dan Dara ”Inget ya masalah kita belum selesai!!!”

***

Semenjak saat itu Bu Intan Tidak menampakan dirinya lagi disekolah. Pelajaran dikelas pun kosong, entah berapa lama kami ketinggalan pelajaran matematika dan Semenjak itu juga ia sering bertengkar dengan mereka berdua. Mereka jadi sering adu mulut, sinis-sinisan kalau ketemu. Sebenarnya Keysha tak ingin sekali mempunyai musuh tapi apa boleh buat semua itu tela terjadi.

Disaat Keysha sedang duduk sambil bertopang dagu suara lantang terdengar dari kejauhan memanggil nama ”Keysha Apriliandini Atmojo, Annisa Nuraini, Firly Lamenia Tuzaki, dan Dara Safa Alfitrah, ” harap keruang Kepala Sekolah, sekarang juga! Mereka berempat pun pergi menuju ruang Kepala sekolah. ”eh kalian sudah datang, ayo masuk” ujar Pak Kepsek, Kalian tau tidak mengapa kalian dipanggil kesini????tanya Pak Kepsek, ” Tidak pak...” Kompak kami menjawab.

Sekolah ini telah kehilangan guru terbaik yang ada di kota ini, bisa-bisa nya kalian membuat Bu Intan tersinggung sampai tak ingin kembali datang kesekolah ini lagi. ”sekarang kalian tau kan, kesalahan kalian apa??tanya Pak Kepsek, dan kalian harus menanggung konsekuensi yang ada” ujar Pak Kepsek. ” iyaa pak” melas kami. Dan akhirnya kami menjalani hukuman berdiri di tengah lapangan yang langsung disiram cahaya matahari menyengat, sementara tangan harus memberi hormat pada bendera ilusi yang seolah terpasang di tiang bendera.

”Sungguh sangat memalukan” Ujar Keysha, ” Ini semua tu gara-gara lo sih, tunjuk Firly dan Dara”. Enak aja ucap Dara ”Elo tu yang duluan”, setelah beberapa lama kemudian Firly dengan lapang dada dan hebatnya menjulurkan tangannya lalu meminta maaf kepada Keysha dan Aini. ”Maafin gue ya kalo gue salah” ucap Firly. ”iya gue juga minta maaf ya selama ini”. Lanjut Dara. Dengan ragu-ragu Keysha menjabat tangan Firly dan kami semua saling meminta maaf.

Riuh rendah murid yang bertepuk tangan melihat akhirnya kami berbaikan berbaur dengan angin semilir yang akhirnya bertiup, menciptakan harmoni yang indah.
Dan tak ada yang lebih indah melebihi keindahan untuk saling memaafkan.

***

Keysha berhenti sejenak dan menarik otot-ototnya yang mulai tegang. Ia menatap perlahan ke komputernya, seraya berdecak tak percaya, bahwa ia bisa menyelesaikan ceritanya secepat ini. Senyum kecil menghias di bibirnya. Senyum penuh kerinduan yang selama ini tersimpan. Semenjak saat itu, mereka selalu dijuluki empat sekawan yang selalu bersama kemana saja. Firly dan Dara juga telah merubah sikapnya dan mulai disukai siapa saja. Kami berempat selalu mengingatkan kalau jalan yang kami lalui mulai menyimpang. Saat itu, kami merajut tali persahabatan yang seolah tak ada batasnya.

Tanpa sadar air mata Keysha meleleh. Ia terisak hebat begitu menyadari bahwa ia tak bisa membendung luapan rindu yang kian memuncak. Begitu masuk SMA, mereka berempat seolah terpisah ruang dan waktu. Tak bisa lagi menikmati hari bersama karena perbedaan sekolah yang membatasi kami untuk bisa bercanda tawa seperti dulu. Hari, hanya mereka yang tahu. Kalian mutiara terindah yang pernah aku punya. Mungkin yang aku tulis di atas kertas ini nggak seberapa dibanding kisah yang selama ini kita lalui. Tapi, aku mempersembahkan karyaku ini untuk kalian..

Satu Persahabatan dalam Hidupku... :)

Sincerely,